Koinunikasi di tengah-tengah inasyarakat
begitu kompleks. Untuk itu, Islam banyak
menekankan soal berkomunikasi yang baik.
Adalah Stephen Covey, seorang penekun masalah-masalah komunikasi, berpen dapat bahwa komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam hidup manusia. Sebab, katanya, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadarnya untuk berkomunikasi. Disayangkan, karena komunikasi dianggap sebagai hal yang terjadi begitu saja seperti halnya bernafas, makan sedikit orang yang memiliki kesadaran untuk melatihnya agar lebih efektif. Kita tidak pernah secara khusus mempelajari bagaimana menulis, membaca, dan berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Akibatnya, hambatan-hambatan dalam berkomunikasi sering kita temui.
Berbagai rintangan dalam berkomunikasi, diakui sering menjadikan masalah semakin rumit. Mulai dari lingkungan rumah tangga, tempat kerja atau di tengah-tengah masyarakat. Dalam rumah tangga misaInya, banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan sikap saling terbuka dan memahami dengan baik antara masing-masing anggota keluarga. Komunikasi yang terjaga dengan baik, dapat meminimalkan potensi perselisihan.
Komunikasi yang baik di tengah keluarga, banyak dicontohkan Rasulullah saw. Dengan adil, Nabi saw bermalam secara teratur dari satu rumah ke rumah istri yang lain agar bisa berkomunikasi dengan mereka. Selain itu, meski sedang berada di rumah salah seorang istrinya. Rasul saw tetap menyernpatkan diri berkeliling menemui istri-istrinya yang lain, setidaknya untuk menanyakan kondisi mereka pada hari itu. Sebuah komunikasi yang indah dan romantis.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin danggih, banyak cara untuk mengembangkan kualitas dan frekueni komunikasi antar anggota keluarga. Telepon dan internet misalnya, adalah sarana efektif untuk mengatasi problem kesibukan dan waktu dalam berkomunikasi. Dengan menggali nilai-nilai ajaran Islam lebih dalam, kita temukan banyak pelajaran tentang cara berkomunikasi yang baik.
Pertama, menjaga kejujuran dan amanah. Kejujuran adalah adalah kunci utama bagi kesuksesan sebuah kornUnikasi. Kejujuran tidak hanya dalam kata-kata tapi juga dalam perbuatan. Dengan berbicara dan bersikap apa adanya tanpa kamuflase dan kedustaan menjadikan pesan yang disampaikan, keluar dari hati nurani yang paling dalam. Orang pun menjadi mudah menerimanya.
Selain itu, sikap amanah sangat penting dalam menjaga hubungan. Seringkali, kita dapati pembicaraan orang lain tak layak kita sampaikan, baik hal itu dapat merusak kredibilitasnya, atau pembicara sengaja meminta dirahasiakan. Lebih jauh lagi, Islam mengajarkan untuk menjaga sirr al-majlis (rahasia pembicaraan), tanpa diminta oleh orang yang diajak bicara. Sebab, orang yang berbicara dengan kita begitu leluasa, belum tentu di maksudkan untuk orang lain. Semangat ini dapat kita temui dalam sabda Rasulullah saw, 'Termasuk dari kebaikan Islam seseorang, meninggalkan apa yang tidak penting buat dirinya," (HP Tirmidzi).
Kedua. menanamkan rasa simpati. Hal ini dapat dimulai dengan berusaha memahami dan merasakan persoalan orang lain, sehingga mudah bagi kita membangun kepercayaan dan keterbukaan yang sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Inilah yang diajarkan oleh Rasulullah saw ketika seorang habat datang padanya. Dengan penuh kesabaran dan ketekunan, Nabi saw menyimak setiap untaian kata yang keluar dari mulutnya. Sampai-sampai perhatian beliau terhadap orang yang diajak bicara diibaratkan seperti perhatian dokter terhadap pasiennya. Mencari orang yang siap mendengarkan persoalan dan keluh kesah saudaranya sangat sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Orang lebih mudah mengumbar kata-kata, daripada sabar mendengar.
Ketiga, menumbuhkan sikap Saling menghargai. Kita perlu menanamkan sebuah barome¬ter bahwa kita menginginkan kebaikan untuk diri kita, seperti orang lain menginginkannya. Kita tidak menyukai kejahatan menimpa kita, karenanya kita juga tidak ingin menimpakannya pada orang lain. Tentu saja, masing-masing orang memiliki watak yang berbeda. Untuk itu, diperlukan pengenalan diri terhadap lawan komunikasi kita. Hal-hal yang dipandang peka dan dapat menyinggung perasaan orang lain harus (,,hindari dalam situasi apa pun, terutama ketika sedang berdanda. Keempat, menjaga kejelasan pesan. Pesan yang tidak jelas menjadi percuma. Selain itu, pesan yang samar-samar dapat menimbulkan salah pa-ham bahkan fitnah. Untuk menghindarinya, penyampai pesan perlu memperhatikan cara dan medianya dalam menyampaikan. Kejelasan tutur kata dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami sangat membantu untuk menjelaskan maksud yang diinginkan.Kelima, menjaga sikap tawadhu (rendah hati). Tawadhu adalah salah satu sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang komunikator yang baik. Sikap inilah yang membuat pesan yang disampaikan berkesan di hati. Pesan yang biasabiasa saja. namun disampaikan dengan penuh kerendahhatian akan memberikan sentuhan yang dalam. Di tengah masya¬rakat yang hipokrit dan terbiasa dengan kesombongan seperti saat ini, sikap tawadhu ibarat air segar di padang tandus.
Keenam, menghindari buruk sangka. Sikap buruk sangka menjadikan apa yang disampaikan berbeda dengan yang di hati. Wajar jika tindakan dan berbagai upaya interaksi dibangun di atas dasar kecurigaan dan persangkaan buruk. Islam mengajarkan untuk senantiasa husnuzzhan (berbaik sangka) terhadap saudara kita semuslim. Dengan berbaik sangka, omongan dan tindakan yang kita lakukan berangkat dari sikap positif yang sangat berpengaruh bagi harmonisnya sebuah komunikasi.
Di atas semua ini, seorang muslim yang memi liki akhlak baik dan pribadi bertakwa sangat mampu menjadikan komunikasinya "berjiwa". Sebab, ada keselarasan dan keteraturan berpadu dengan keindahan kata-kata dan perbuatan. Seperti sebuah simfoni yang dimainkan dalam sebuah orkestra.Oleh : M. Nurkholis Ridwan
Sabili No.04 Th. X 5 September 2002 / 27 Jumadil Akhir 1423