Minggu, 22 Juli 2012

Inilah Kebebasan Itu

Sejumlah prediksi Nabi atas kaum muslimin lah menjadi kenyataan. Di antaranya adalah sinyalemen Rasulullah tentang kondisi kaum muslimin yang, meskipun mayoirtas, tetapi tak berdaya. Jumlah umat Islam banyak, tetapi secara kualitas sangat memprihatinkan. Mereka dipermainkan dan siap dilahap dari berbagai penjuru. Rasulullah menggambarkan, terpuruknya kaum muslimin, disebabkan sebuah penyakit yang sangat akut: al-wahn cinta dunia, takut mati. Mereka tak peduli lagi dengan masa depan kehidupan di akhirat.
Akhirnya sebagian besar kaum muslimin berlomba-lomba mencari "kenikmatan" dunia kenikmatan semu dan sesaat. Kehidupan dugem (dunia gemerlap), hura-hura, foya-foya, hedonis, seks bebas, boros, korupsi, menyalahgunakan jabatan, bahkan memusuhi Islam agamanya sendiri dan sebagainya, menghiasi keseharian sebagian besar umat. Kehidupan dunia benar-benar telah memperdaya.
Di tengah peradaban dunia yang semakin lancung ini kita hidup, dimana perbedaan antara beradab dan biadab kian tipis. Begitu pula beda antara seni budaya dan penghancuran moral, disamarkan. Mana yang seni , mana yang hawa nafsu, jadi kabur. Dengan dalih seni itu pulalah, lebih dari 20 film-film bertema gay dan kaum lesbi dipertontonkan di republik berpenclucluk mayoritas Islam ini, bulan lalu. Komunitas mana yang menonton? Siapa penyelenggaranya? Apa tujuan diadakannya festival konyol itu?... Sayang seribu kali sayang, kita kurang peka, sehingga festival menjijikkan itu berlangsung tanpa hambatan.
Kita perlu mengingatkan bahwa ini bukan Swedia, juga bukan Norwegia, bukan Belanda, bukan pula Amerika. Pendek kata, ini bukan barat, Bung..! Tetapi ini pun bukan Tokyo, Bangkok dan negeri timur penjiplak barat. Jangan salah menafsirkan makna reformasi. Ini jelas kampanye di dam reformasi yang ditafsirkan boleh berbuat sekehendaknya, ingin hidup bebas dan merdeka. Amboi! Atas nama kebebasan itulah kita berekspresi. Silakan Anda berbuat sebebas¬bebasnya, niscaya Anda tak temukan kebebasan itu. Karena, ketika Anda merasa bebas, pada hakikatnya Anda pun tidak merdeka. Mengapa? Karena Anda terikat dengan kebebasan yang Anda lakukan. Anda terikat dengan hawa nafsu Anda yang rendah. Setan pun berjingkrak-jingkrak, karena berhasil memasung Anda dalam ikatan (komitmen) kebatilan. Sayyid Quthb mengungkapkan bahwa kebebasan atau kemer-dekaan yang hakiki adalah ketika kita bebas dari dominasi manusia atas manusia lainnya dan pada scat yang sama terikat dengan Yang Menciptakan dan Mengenadalikan dam ini, Allah Rabbul Alamin. Laa ilaaha iliallaah, inilah kalimat pembebasan dan kemerdekaan! Kalimat tauhid mengajak kita untuk berlepas diri dari ikatan dan penghambaan diri atas manusia dan makhluk lainnya, kemudian mengakui Allah sebagai ilah Penguasa jagat semesta.
Seorang muslim yang mukmin meyakini betel bahwa Islam datang untuk membebaskan manu¬sia dari penghambaannya atas makhluk lainnya. Inilah jalan yang lures. Pendirian ini adalah pendirian yang benar. Kita telah menempuh jalan ini dalam masa yang jauh dan panjang. Ranch tujuan belum kelihatan. Pangkalan tempat bertolak sudah tak tampak lagi, sedang pelabuhan tempat bersauh belum juga kelihatan. Kini kita berada di tengah laut perjuangan.
Oleh karenanya, Vagalah dirimu dari azab yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu ...... (QS. al-Anfal: 25).
M.U. Salman
Sabili : No.08 TH. X 31 Oktober 2002 / 24 Sya’ban 1423