Minggu, 22 Juli 2012

Bekal

Setiap orang yang bepergian mesti memutuhkan bekal. Sebab, bekal merupakan sarana penting yang memudahkan perjalanan. Tanpa bekal, mustahil perjalanan bisa sampai ke tempat tujuan dengan sempurna. Sebuah perjalanan yang menempuh jarak cukup jauh, pasti membutuhkan bekal yang lebih banyak. Apalagi, tidak mustahil rintangan dan hambatan akan menghadang di tengah perjalanan.
Dalam kehidupan ini, sebenarnya manusia sedang melakukan perjalanan yang sangat jauh. Dia melewati beberapa pemberhentian panjang yang amat melelahkan. Dimulai dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan ber¬akhir di terminal abadi yang bernama akhirat. Di persinggahan abadi inilah manusia berdiri di hadapan Rabbul Izzati untuk mempertang-gungjawabkan segala amal yang diperbuatnya selama menempuh perjalanan.
Lalu, bekal apakah yang sesuai untuk menyertai perjalanan menuju Allah ini? Apakah ia berupa harta, jabatan, anak, istri atau kerabat? Tentu tidak! Bekal tersebut tidak memadai. la hanya mampu menghantarkan manusia sampai di dunia. Setelah itu habis dan memiliki tanggung jawab masing-masing.
Perjalanan menuju Allah memerlukan bekal yang baik, cukup dan bisa menjamin. la harus mampu menolong manusia dari berbagai rintangan yang mungkin berwujud fitnah, syahwat atau syubhat. Bekal yang dimaksud talk lain adalah takwa, sebagai mana petunjuk Allah dalam firman-Nya, "Maka berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." (QS. Al-Baqarah: 197)
Takwa adalah bekal ruhiyah yang mencakup kesempurnaan sifat ukhrawi. Menurut Imam Ali bin Abu Thalib, hakikat takwa adalah adanya rasa takut kepada Allah (al-khauf bi al-JafiiQ, beramal dengan Al Qur'an (al 'amal bi al-Tanziil), merasa cukup dengan yang sedikit (al-qanaaatu bi al- qafiin, dan bersiap-siap menghadapi kematian (al isti'daadu li yaumi al- rahil)
Gabungan bekal ruhiyah inilah yang sanggup menghantarkan manusia kepada Allah dengan selamat. Dengan takwa, manusia akan me¬ningkatkan ketaatan lantaran khauf-nya kepada Allah. Semua perbuatannya dituntun dengan wahyu. Dia akan merasa cukup lantaran sifat qana'ah-nya. Hatinya senantiasa terikat kepada akhirat karena selalu diingatkan oleh kematian yang datangnya entah kapan.
Takwa adalah bekal bagi orang yang sungguh-sungguh ingin bertemu Allah. Bagi mereka, hanyalah tempat persinggahan, bukan tujuan. Meski untuk itu mereka harus menjual kesenangan dunianya. Mereka yakin usaha itu tidak sia-sia karena Allah berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah oamg-orang yang usahanya dibalas dengan kebaikan." (QS. Al-Isra: 19)
Perjalanan menuju Allah adalah sebuah kepastian. Karena itu, sebelum nyawa me¬ninggalkan jasad, marilah kita siapkan bekal sebaik-baiknya. Sebab, perjalanan ini memiliki konsekuensi besar. Bagi yang berhasil akan menuai kebahagiaan abadi di jannah. Sebalik-nya, bagi yang gaga) akan ditimpa penyesalan selamanya di neraka.
Sulisty0AbdulHanif
Sabili : No. 1 TH. IX 4 Juli 2000 / 12 Rabiul Akhir 1422