Minggu, 22 Juli 2012

Izzah Islam

Sadarkah kalau kita saat ini sedang dikerubuti pihak-pihak yang memusuhi Islam? Persis seperti sekumpulan orang lapar yang mempe¬rebutkan hidangan di meja makan, sebagaimana diprediksikan Nabi Muhammad saw suatu ketika. Apa yang terjadi di Afghanistan menjadi contoh nyata. Amerika Serikat yang diboncengi zionis Israel memberangus Thaliban yang ingin menegakkan syariat Islam, tanpa ada pembe¬laan berarti dari para penguasa di negeri muslim.
Setelah episode Afghan nyaris berakhir, negerl-neger muslim lain tampaknya akan dikangkangi Polisi Dunia itu. Kashmir, Pakistan, Ya¬man, Somalia, Irak, atau negeri berpenduduk mayoritas muslim terbesar ini bisa menjadi sasaran berikutnya. Dan semua itu terjadi tanpa perlawanan berarti, hampir semudah George Bush atau Paul Wolfowitz membalikkan telapak tangannya. Padahal di masa awal risalah ini, Nabiul-lah Muhammad saw pernah memerangi sekelom¬pok Yahudi, setelah seorang muslimah diperma-lukan karena ditarik jilbabnya di tengah pasar.
Sebuah paradoks memang. Namun itulah kenyataan yang melingkupi kita saat ini. Tak heran, jika ada kalangan yang menggambarkan kondisi dunia Islam yang sedang dikepung konspirasi glo¬bal ini ibarat kambing-kambing yang antri menung¬gu giliran untuk disembelih. Sungguh tragis.
Umar bin Khattab ra, empat betas abad lalu telah memperingatkan umat terbaik ini, "Kita adalah sekelompok orang yang yang dimulia¬kan Allah karena berpegang teguh kepada Is¬lam, maka barangsiapa yang mencari kemulia¬an lain selain Islam, niscaya Allah akan menghinakannya". Ya, tidak ada memang yang bisa kita salahkan dengan kemalangan demi kemalangan yang menimpa kita saat ini selain diri kita sendiri. Sebab sesungguhnya bukanlah musuh-musuh kita yang terlalu kuat. Namun, lebih karena kitalah yang benar-benar kehilangan asholah dan kekuatan. Kita sudah tergerogoti penyakit cinta dunia dan takut mati yang sebab awalnya adalah jauhnya kita dari ajaran Islam. Padahal, berpegang teguh pada ajaran Islam merupakan faktor utama kemenangan generasi sebelum kita.
Maka, benarlah perkataan Sayyid Qutub rahimahullahu, "Kemajuan dan kegemilangan peradaban yang diraih Barat saat ini karena mere¬ka memutuskan diri dan meninggalkan ajaran agamanya. Sebaliknya, umat Islam mengalami kemunduran dan kekalahan sejarah di berbagai bidang kehidupannya justru tatkala menjauhkan diri dari ajaran Islam."
Lalu, apa yang mesti kita lakukan sebagai generasi pelanjut dan pembawa risalah umat ini? Tidak ada jalan lain, kecuali kita harus kem¬bali kepada inti ajaran kita yang murni dan orisinil. Menghidupkan sunnah Nabi dalam segala lini kehidupan, berpegang teguh kepadanya, dan "menggigitnya dengan kedua gigi taring kita". Meskipun ketika melakukan semua itu, kita se¬rasa sedang menggenggam bara api di tangan.
Dengan tekad dan kesungguhan itu, kita dapat banyak berharap bahwa suatu ketika Al¬lah SWT pasti akan menurunkan pertolongan¬nya kepada kita semua. Keyakinan diri yang perlu kita raih kembali untuk mengembalikan izzah (kewibawaan) sebagai Khairu Ummah (sebaik¬baik ummat). Intanshurullahu yanshurukum wa yutsabbit aqdaamakum.
M Adnan Firdaus
Sabili Np. 16 Th.IX 8 Februari 2002 / 25 Dzulqadah 1422