Minggu, 22 Juli 2012

Mabuk

Mabuk tak hanya akrab di kalangan pecandu minuman keras. Ia juga menggambarkan perilaku dan sikap yang umumnya dilakukan secara berlebihan dan membawa mudharat. Ketika dunia mendominasi kehidupan glamour, mabuk bisa melanda banyak kalangan. Tidak hanya remaja, tapi juga orang tua. Tidak hanya rakyat biasa, tapi juga kaum penguasa.
Lirih rasanya melihat remaja dimabuk cinta. Ia tidak mau lagi mempedulikan norma-norma aga¬ma. Larangan pun tak pelak diterjangnya. Dominasi bisikan setan durjana semakin kuat menancap di relung hatinya. Akhirnya, ia tak kuasa lagi menghin¬ darkan diri, jatuh ke dalam lembah perzinaan.
Bila mabuk melanda orang tua, ia akan melalaikan kewa¬jiban terhadap keluarga dan anak-anaknya. Sibuk beker¬ja untuk mencari nafkah selalu dijadikan alasan dan hujjah untuk membenarkan segala tindakan dan sikap¬nya. Padahal, anak-anak sangat merindukan keha¬diran dirinya di tengah ke¬hidupan keluarga, walau¬pun hanya sesaat. Sa¬yang, kerinduan yang tutus itu dibalas dengan tepisan. Akibatnya, anak¬-anak menjadi sangat kecewa, lalu mencari berbagai pelampiasan sebagai pelarian. Ironisnya, karena mereka dalam usia dini belum mengenal banyak arah yang benar, akhirnya tersesat ke dunia terlarang.
Bila mabuk melanda kalangan rakyat kecil, fenomena sosial semakin menyedihkan. Rakyat yang selama ini kecewa karena ketidakbijaksanaan pars penguasa akan menampakkan kekesalan dengan berbagai cara. Lantaran kecewa karena penguasa gaga) menjalankan amanah bangsa, rakyat tak lagi mau peduli dengan masalah-ma-salah sosial. Mereka menjadi patch arang. Di tengah-tengah kesulitan hidup karena lapangan kerja semakin dipersulit, mereka tak segan mencari celah dan jalan yang salah. Akibatnya, tindakan kriminal yang imbasnya meresahkan masyarakat luas, dijadikan jalan terobosan. Dalih mereka demi sepiring nasi. Umpat mereka terpaksa karena keadaan. Meski mereka mengekspresikan berbagai kekecewaan.
Fatal sekali bila mabuk juga melanda kalangan penguasa. Rakyat yang tak berdaya semakin men¬derita. Suka atau tidak, yang pasti mereka tetap ha¬rus bersedia dijadikan sebagai objek kezaliman dan kesemena-menaan. Seluruh kebijakan yang dicanangkan selalu diorien¬tasikan hanya untuk keuntungan sepihak semata. Ketika sang penguasa terbentur dengan
berbagai problems dan dile¬ma, lagi-lagi rakyat kecil yang menanggungnya. Sepertinya, tak ada lagi pili¬han bagi mereka kecuali harus menerima semua kenyataan getir apa ada¬nya. Memang sangat memilukan, ketika tetes air mata orang-orang kecil yang merindukan kepedu¬Han itu mengalir disambut dengan penguasa dengan segala keangkuhan. Penderitaan mereka adalah imbas dari ulah konyol sang penguasa yang semakin mabuk dengan kekuasaannya.
Apa pun alasannya, yang jelas mabuk itu selamanya tidak akan memberikan dampak yang baik, tapi sebaliknya akan menyebabkan kehan¬curan dan kemudharatan bagi kehidupan pribadi, masyarakat, agama, budaya, bangsa dan negara. Karenanya, sikap arif dan bijaksana dalam meng¬hadapi berbagai persoalan harus senantiasa dihadirkan oleh semua pihak. Jangan sampai kita jatuh menjadi mabuk.
Oleh : Ikhwan Fauzi
Sabili No.08 Th. X 22 Agustus 2002 / 13 Jumadil Akhir 1423