Minggu, 22 Juli 2012

Tipuan Kezaliman

Tak semua orang menyadari bahwa kehadirannya di muka bumi tak berbekal apa-apa. Lemah dan tak berdaya. Hanya karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla, setiap insan mampu mengembangkan potensi dirinya. Tumbuh dan ber¬kembang dalam naungan kehendak-Nya. Menik¬mati karunia yang disediakan-Nya di daratan, sa¬mudera, hutan belantara, bahkan di angkasa raya.
Semua karunia Allah ini seharusnya kita syukuri, agar kehidupan yang kita jalani menjadi lebih baik. Rasa syukur yang didasari kesadaran bahwa kita sungguh tidak memiliki apa-apa. Sudah selayaknya kita merenungkan firman Allah SWT "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut¬
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur," (QS an-Nahl: 78). Ironisnya, sebagian manusia tidak mau mengakui kenyataan ini.
Keengganan sebagian manusia untuk menyadari posisinya sebagai makhluk ciptaan-Nya telah menimbulkan banyak kekacauan sekaligus penderitaan. Selain merasa bisa berbuat semaunya, mereka juga sangat bernafsu untuk menguasai orang lain. Segala cara ditempuh, berbagai tipu daya digunakan. Tak mengakui adanya Rabb Maha Pencipta, mereka justru menjadi tuhan-tuhan yang sangat keji. Ribuan, bahkan jutaan manusia jadi korban. Sementara bumi yang seharusnya dieksplorasi untuk ke¬makmuran manusia, terpuruk sia-sia.
Manusia yang merasa dirinya menjadi tuhan, sebenamya, tidak pernah merasa merdeka. Dirinya selalu dihantui ambisi. Setiap langkahnya selalu dibayangi angkara yang membelenggu pikiran dan jiwanya. Bahkan statusnya sebagai ciptaan Allah yang mulia terperosok dalam jeratan iblis durjana. Apa pun yang dilakukannya tidak memberi manfaat sedikit pun bagi hidup dan kehidupan manusia. Karena itu, Allah SWT dengan tegas melarang kita untuk menjadikan mereka sebagai tumpuan, apalagi sampai melalaikan kita pada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Sayangnya, masih ada manusia-manusia yang tidak memiliki pendirian, yang menjadikan mereka sebagai sekutu.
Allah berfirman, "Katakanlah: Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterang¬an yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang¬orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagiaan yang lain, melainkan tipuan belaka," (QS Faathir: 40).
Amat besar murka Allah kepada orang-orang yang zalim. Lebih-lebih pada mereka yang selalu berusaha menipu orang lain untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang amat sedikit dan sementara. Mereka yang mengklaim me¬nguasai dunia ini karena merasa memiliki kekuatan yang meng¬hancurkan. Padahal, apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya. Dalam ayat selanjutnya, Allah SWT menegaskan, "Sesung¬guhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidok ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah," (QS Faathir: 41).
Menghindarkan diri kita dari perbuatan zalim adalah keniscayaan. Tak pelak, kita harus berusaha agar seluruh potensi yang kita miliki bisa bermanfaat bagi kehidupan. Bila tidak, lambat lawn kita bisa saja mengalami disorientasi dalam memandang hidup ini akan membuat kita tidak peka lagi terhadap kezaliman, bahkan terlibat dalam keza¬liman itu serldiri. Hanya kepada Allah kita memohon agar terhindar dari perbuatan yang sia-sia.
Oleh : Imam N Sujudi
Sabili : No. 20 Th, IX 11 April 2002 / 28 Muharram 1423