Minggu, 22 Juli 2012

Solusi Kesenjangan

Konsep Islam yang integral, tidak mengenal istilah mengentaskan kemiskinan jika diter¬jemahkan sebagai penghapusan kemiskinan dari muka bumi. Sebab, kemiskinan adalah sunnatullah yang ada seiring dengan adanya kehidupan. Karenanya, yang terpenting bukan melenyapkan kemiskinan, tapi bagaimana mendidik para aghniyaa (orang-orang kaya) agar mempunyai kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap mereka yang diuji Allah dengan kemiskinan. Supaya mereka tetap bersabar dalam penderitaan dan tidal terjebak godaan dunia yang dapat memaksanya berpaling kepada kekufuran.
Allah berfirman, "Ambilah zakat dari sebagian harta me¬reka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan me¬reka, dan berdoalah untuk mereka, se¬sungguhnya doamu akan memberikan ketentraman jiwa kepada mereka (orang-orang yang berzakat itu) dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Menge¬tatui, 'JOS al-Taubah (9):103).
Para mufassir menafsirkan kata 'mem¬bersihkan' dalam ayat ini dengan makna, bahwasanya zakat itu dapat membersihkan hati orang-orang yang berzakat dari kekikiran dan cinta berlebihan terhadap harta benda. Karena, cinta terhadap harta dan diri sendiri bisa menyebabkan seorang muslim jatuh ke jurang kehancuran. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Tiga perkara yang akan merusak jiwa: sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diperturutkan, dan kekaguman berlebihan terhadap diri sendiri," (HR Thabram). Tak berlebihan jika seorang muslim yang mampu melepaskan dirinya dari sifat ini dikate¬gorikan Allah SWT sebagai orang yang ber¬untung: "Dan barangsiapa yang dipelihara Allah dari sitat kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung," (QS 59:9) Itulah salah satu bentuk tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) yang ingin diwujudkan Islam melalui zakat.
Namun, tentu saja yang paling penting bagi kita saat ini adalah fungsi sosial dari zakat itu sendiri. Yaitu, menghiiangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Karenanya, Islam juga menganjurkan kepada para penerima zakat untuk mendoakan mereka yang mengeluarkan zakat. Imam Syafi'i mengajarkan doa bagi mereka yang menerima zakat untuk mengucapkan, "Semoga Allah memberi pahala kepadamu, dan menjadikannya (zakat ini) sebagai pembersih hartamu, dan semoga Allah memberi berkah atas harta-hartamu yang tersisa."
Zakat merupakan salah satu solusi menghilangkan kecemburuan sosial untuk menumbuhkan simpati dan cinta mampu melepaskan dirinya dari sifat ini dikate¬gorikan Allah SWT sebagai orang yang ber¬untung: "Dan barangsiapa yang dipelihara Allah dari sitat kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung," (QS 59:9) Itulah salah satu bentuk tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) yang ingin diwujudkan Islam melalui zakat.
Namun, tentu saja yang paling penting bagi kita saat ini adalah fungsi sosial dari zakat itu sendiri. Yaitu, menghiiangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Karenanya, Islam juga menganjurkan kepada para penerima zakat untuk mendoakan mereka yang mengeluarkan zakat. Imam Syafi'i mengajarkan doa bagi mereka yang menerima zakat untuk mengucapkan, "Semoga Allah memberi pahala kepadamu, dan menjadikannya (zakat ini) sebagai pembersih hartamu, dan semoga Allah memberi berkah atas harta-hartamu yang tersisa."
Zakat merupakan salah satu solusi menghilangkan kecemburuan sosial untuk menum
buhkan simpati dan cinta yang berbuat jahat ke¬padanya," (HR Ibnu Adi dan Abu Nu'aim).
Zakat adalah salah satu wujud solidaritas sosial yang sangat harmonis lantaran di¬bangun atas dasar takwa dan cinta kepada Al¬lah. Rasa solidaritas tersebut bisa menyatukan hati si miskin dan si kaya dalam arti sesung¬guhnya. Bukan atas dasar dan motif dunia palsu, yang semu, menipu dan melenakan. Kita yakin, jika rukun Islam yang ketiga ini dilaksana¬kan dengan baik, talk akan ada lagi kesenjang¬an dan kecemburuan sosial di antara anggota masyarakat kita. Yang tercipta justru keamanan, kedamaian dan ketenteraman sebagaimana yang terjadi di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidun, dan Umar bin Abdul Aziz. Semoga.
Oleh : M Adnan Firdaus
Sabili No.13 Th. IX 19 Desember 2001 / 4 Syawal 1422